Magnet Wisata Kampung ASIK di Tengah Hutan Merabu
Franly Aprilano Oley
(Sang Penjaga Hutan yang SIGAP)
Suasana pagi yang cerah, udara dingin nan sejuk menyelimuti indahnya pagi hari, suara burung terdengar berkicauan diperkampungan yang sunyi menyatu dengan alam. Suasana dengan panorama alam yang indah ini selalu kita dambakan.
Kadang kala kita mencari tempat rekreasi wisata yang masih asri akan keindahan alamnya. Hal ini bisa kita rasakan dengan mendatangi Kampung Merabu.
Kampung Merabu terletak di Desa Merabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kampung ini berbatasan dengan Kampung Panaan (Utara), Kampung Merapun (Barat dan Timur), dan Kabupaten Kutai Timur (Selatan).
Jalan tanah berbatu menuju Kampung Merabu bisa memacu adernalin untuk pelancong datang ke Merabu. perjalanan dari pusat kota Berau ke Kampung Merabu biasanya memakan waktu sekitar 3–4 jam, dari keluar jalur poros Berau–Samarinda masuk ke Muara Lesan, Kecamatan Kelay. Suasana kampung yang sejuk, indah, asri menyatu dengan alam seolah-olah Merabu seperti Magnet yang bisa menarik wisatawan untuk datang ke tempat ini.
Potensi kekayaan Hutan Merabu ini sangat besar, Merabu memiliki kekayaan flora dan fauna yang bisa dimanfaatkan sebagai Ekowisata. Sehingga Merabu menjadi tempat destinasi wisata yang mendunia. Bagi yang tidak mengetahui Ekowisata itu apa, saya akan menjelaskan sedikit mengenai ekowisata.
Ekowisata
“Adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat"
Ekowisata yang sering dikunjungi dan menjadi andalan di Kampung Merabu yaitu Danau Nyadeng, Puncak Ketepu, Gua Bloyot (Kawasan Bersejarah) dan PLTS Komunal (Yang dibuat sendiri oleh warga Kampung Merabu atas bantuan hibah pembangunan PLTS Komunal dari USA). Dikatakan juga, nanti akan ada destinasi ekowisata baru. Tapi masih menjadi sebuah perencanaan saja.
Pada tahun 2014 Kampung Merabu sudah dapat pengakuan Hutan Desa dari Kementerian Kehutanan. Setelah mendapat pengakuan Hutan Desa, Kampung Merabu dengan SIGAP melakukan berbagai penataan pengelolaan Hutan Desa. Sehingga Merabu pernah dinobatkan sebagai pengelolaan Hutan Desa terbaik kedua.
Tak hanya itu, Kampung Merabu menjadikan Hutan Desa sebagai tempat destinasi Ekowisata. Sehingga Kampung Merabu ini ramai dikunjungi oleh para tamu penting dan wisatawan dari Mancanegara. Dimana yang dahulunya Merabu sama sekali tidak dikenal di kancah nasional dan internasional.
Keberhasilan Merabu menata Hutan Desa sebagai tempat Destinasi ekowisata ini mendapat sorotan dari mancanegara. Kampung Merabu juga pernah masuk dalam majalah pelancong ternama Lonley Planet. Jadi reporter Lonley planet pada waktu itu datang bersamaan dengan adanya kunjungan Mentri lingkungan hidup dari Norwegia.
Tak disangka, teryata perubahan yang terjadi di Merabu hasil tangan anak indonesia sendiri yang bisa membuat Kampung Merabu mendunia sampai saat ini, Semua ini berkat Franly Aprilano Oley Sang Penjaga Hutan yang SIGAP sekaligus pernah menjadi kepala desa pada tahun 2011. Perannya melindungi alam dan memajukan kampungnya.
Ketika Franly Sebagai Kepala Desa, Franly langsung merancang sebuah perencanaan dengan pendekatan SIGAP. Dari tangan SIGAP nya lah pundi-pundi rupiah masuk ke Kampung Merabu, sebagai pendapatan daerah dan kesejahteraan warga. Franly juga SIGAP memikirkan dampak negatif apa saja yang akan terjadi jika kampungnya dijadikan sebagai tempat ekowisata.
"Tantangan dari semua destinasi wisata adalah sampah (plastik)" Ujar Franly .
Diakun Facebook Kampung Merabu juga menjelaskan "Akan sangat elok, ketika semakin banyak orang yang sadar secara bersama mengurangi sampah plastik. Semisal menghindari penggunaan botol minuman sekali pakai dan menggantinya dengan penggunaan tumbler. Dengan semakin meningkatnya jumlah pengguna tumbler, diharapkan juga membantu menekan laju penggunaan sampah plastik (Botol air minum kemasan)".
Begitu SIGAPnya Franly menjadikan tempat ekowisata Merabu tatap asri bebas dari sampah. Program demi program dijalankan Franly, salah satunya meningkatkan pendapatan penduduk Merabu dan menjaga lingkungan Merabu tetap ASIK (Aman, Sehat, Indah, dan Kreatif).
Patroli Hutan Desa dijalankan Franly. Dengan merangkul masyarakat Kampung Merabu untuk berpartisipasi menjaga Hutan Desa, guna meminimalisir terjadinya pembalakan hutan secara liar dan pemburuan terhadap satwa Hutan Merabu.
Pengunjung Wisatawan yang hendak menginap dan beristirahat di Kampung Merabu, sekarang sudah ada Home Stay (Rumah warga yang dijadikan penginapan sementara), Ruang Aula Kerama Puri, maupun bisa memakai Ruang Perpustakaan (Sambil baca-baca buku tentunya ya) karena di Merabu belum ada penginapan seperti Hotel.
Franly menyambut turis yang berkunjung ke kampung Merabu /Dok. Pribadi Franly.
Begitu ramah dan hangatnya Franly dan warga menyambut turis yang berkunjung ke Kampung Merabu. Sehingga membuat pengunjung kian betah tinggal di desa ini. Apalagi lingkungan Kampung Merabu yang bersih, rapih karena masyarakat sangat memperdulikan lingkungan tempat tinggalnya.
Apakah anda tertarik berkunjung dan berwisata ke Merabu? tapi dalam pikiran anda terbenak, apakah ada sinyal WIFI di Merabu?
Sinyal WIFI di Merabu tentunya sudah ada, jadi anda jangan khawatir, sinyal WIFI sudah masuk ke Kampung Merabu. Hanya saja disini tersedia fasilitas internet satelit, dan kalian harus mengeluarkan biaya lebih untuk bisa komunikasi keluar dengan WIFI berbayar. Karena jaringan provider katanya belum ada di Merabu.
Oh iya, Jika Kalian berwisata ke kampung Merabu, dan mau berkunjung ke tempat ekowisata jangan lupa datang ke Merabu dengan bawa uang lebih ya, karena di Kampung Merabu belum ada mesin ATM, tapi jangan khawatir jarak beberapa kilo meter (Km) ke arah perkebunan kelapa sawit sudah ada mesin ATM. Berangkali kalian berminat membawa oleh-oleh, Karena di Marabu sudah tersedia toko cendramata.
Kampung Merabu juga sudah bisa dimasuki kendaraan roda 2 maupun roda 4 sejak 10 Maret 2017. Jadi kita tidak perlu lagi memasuki Kampung Merabu melalui jalur sungai.
Selama masa pandemi covid 19 ini, Destinasi Ekowisata di Kampung Merabu sepi pengunjung. sapada tanggal 21 Maret 2020 Ekowisata Merabu sempat ditutup sementara, yang mengakibatkan pendapatan warga berkurang.
Akan tetapi masih ada yang bisa dilakukan warga Merabu untuk mendapatkan penghasilan yaitu mencari madu (Madu Merabu disini sangatlah terkenal), pengambil sarang burung walet, mencari ikan dan bertani, hal ini bisa dilakukan bersama Kerima Puri sebagai salah satu unit usaha BUMKAM (Badan Usaha Milik Kampung).
Setelah beberapa bulan di tutup pasca Covid 19, kini pada tanggal 10 Desember 2020, Destinasi Kampung Merabu sudah dibuka kembali. Kalian bisa melihat kabar ini Pada akun facebook dan IG Kampung Merabu.
Merabu menyambut new normal / dok. Chanell youtube Dewi Safitri
Dengan dibuka kembali destinasi ekowisata Merabu, bertanda kampung merabu sudah mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk menjaga protokol kesehatan pengunjung, hal ini menjadi mayoritas utama Kampung Merabu.
Sekilas Franly Aprilano Oley
Masih ingatkah kalian dengan kisah Franly yang memperjuangkan Hutan di Kampung Merabu sebagai Hutan lindung?
Franly bukanlah penduduk asli Kampung Merabu, lelaki kelahiran Manado, Sulawesi Utara ini datang ke Merabu tahun 2009. Dalam perantauannya Franly bekerja sebagai tukang kayu untuk membangun sekolahan.
Dimasa perantauan, Frenly jatuh hati ke salah satu bunga desa di Kampung Merabu yang bernama Meriana dari suku Dayak Lebo. Akhirnya Franly menikahi Meriana pada tahun 2010 dan menetap di kampung ini.
Setelah menikah dan menetap di Kampung Merabu, Franly ditawari sebagai tenaga pendidik di sekolah SD Merabu sebagai guru Bahasa Inggris. Padahal Franly lulusan SMK Tata Busana di SMK 1 Tandono.
Selama Franly mengajar, dia pernah sampai mengajar 1 sekolahan, dengan membagi 2 tempat sekaligus, hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga pendidik di Kampung Merabu.
Sebagai tenaga pendidik gajinya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, akhirnya Franly kerja sebagai pengambil sarang burung walet. Bukan Frenly saja yang mengambil sarang burung walet, tapi bersama warga lain, yang menggantungkan hidupnya dari hutan ini. Lokasi hutan berada tidak jauh dari kampung Merabu.
Frenly sadar lama kelamaan hasil hutan di merabu akan cepat habis dan hewan yang ada di hutan merabu akan punah kehilangan tempat habitatnya, kerena banyaknya pembukaan lahan baru untuk perkebunan kelapa sawit.
Pada tahun 2011 ada pemilihan Kepala Desa. Frenly di tunjuk untuk mencalonkan diri oleh Kepala Desa terdahulu selama 2 priode yaitu Pak Asrani. Dalam Pemilihan Desa, seharusnya ada 2 calon Kepala Desa, tapi karena kandidat 1 lagi tidak memenuhi syarat akhirnya Franly di tunjuk.
Frenly tidak berpikir panjang dalam pencalonan dirinya sebagai Kepala Desa. Jika tidak ada yg mencalonkan diri, calon Kepala Desa akan diambil alih oleh PEMDA setempat. Franly akhirnya memberanikan diri untuk maju dalam pemilihan Kepala Desa ini. tidak menyangka dirinya akan unggul dan menjadi Kepala Desa.
Pembincangan kami bersama Franly, mengenai perjuangannya menjadikan Hutan Merabu sebagai Hutan Desa (Hutan Lindung) dan membawa Kampung Merabu sampai Mendunia membuat saya tertarik untuk mengupasnya.
Franly pun menuturkan "Awalnya Kampung Merabu ini terpencil jauh dari ibu kota atau pusat pemerintahan, untuk akses keluar atau masuk kampung sini saja sangatlah sulit, Karena saya terpilih sebagai kepala desa, jadi saya berpikir, bagaimana caranya warga bertahan dengan kondisi Kampung Merabu seperti ini".
Franly sadar bahwa Potensi kekayaan hutan merabu ini sangatlah besar. hutan ini memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang bisa dimanfaatkan.
"Beberapa warga yang tinggal disekitar sini, memanfaatkan hutan untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengambil madu dan mengambil sarang burung walet. tapi kekayaan alam itu lambat laun akan habis jika tidak disertai pemikiran pembangunan jangka panjang" ujar Franly.
Pengalaman Franly selama menetap disinilah, membuat Franly hapal betul bagaimana kondisi desanya.
Franly sebagai Kepala Desa
Pada saat menjadi Kepala Desa 2011, Franly merangkul warga dalam membangun Kampung Merabu lebih baik lagi. Franly dan warga membentuk Sekertariatan Kerima Puri.
Franly menjelaskan "Selama jadi Kepala Desa ada program yang disarankan pemerintah pusat salah satunya adalah wisata. Pada tahun 2012 saya mengusulkan hutan Merabu sebagai Hutan desa ke Kemterian Kehutanan bersama Kerima Puri".
Perencanaan area hutan desa mulai dijalankan Franly, setelah menunggu 2 tahun, akhirnya SK Hutan Desa turun. Bersama Kerima Puri dan warga, program demi program Franly jalankan, bersatu memajukan kampung merabu menjadi lebih baik.
Pada tahun 2017, Franly meletakan jabatan sebagai kepala desa digantikan oleh kepala kampung yang baru, Agustinus Karna. Tapi Franly tetap mendukung program yang dijalankan oleh Kepala Desa baru, dan masih berperan aktif dalam menjaga kelestarian Merabu.
PRESTASI FRENLY APRILANO OLEY
1. Penghargaan SATU Indonesia Awards 2018
Pada tahun 2018 Frenly mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award dari pihak PT. Astra sebagai pejuang lingkungan. Perjuangan Franly selama sebagai Kepala Desa yang memperjuangkan Hutan Merabu sebagi Hutan desa membuat Franly mendapatkan penghargaan ajang bergengsi.
Franly saat di undang menerima penghargaan SATU Indonesia Award
Diajang bergensi ini, kita bisa melihat keseriusan Franly dalam memajukan kesejahteraan Kampung Merabu, meningkatkan perekonomian, dan memperkenalkan Kampung Merabu sampai ketingkat Internasional. Franly pantas mendapatkan penghargaan ini.
Mari kita simak profil video Franly untuk SATU indonesia Awards 2018 disebuah chanell Youtube milik pribadinya dengan nama Frenly Oley.
Profil Frenly untuk Astra Satu Indonesia
Dok. Channel Youtube pribadi Franly
https://www.youtube.com/watch?v=graygIxAbzc
2. Pejuang SIGAP
Pada tahun 2020 Franly mendapatkan penghargaan sebagai Pejuang SIGAP sejahtera. Sebagai kelanjutan dari program serupa pada tahun 2019. Frenly mengikuti tes dengan sangat semangat.
Selama Franly sebagai Kepala Desa, Franly merancang sebuah program dengan menggunakan pendekatan SIGAP secara Partisipatif. Metode yang digunakan untuk pengenalan kampung dengan Peta tiga dimensi contohnya seperti area Karst dan gua.
Metode Peta tiga dimensi ini bisa mengetahui bahwa lebih dari 130 gua yang ada disekitar Merabu sudah bernama maupun belum ada nama nya.
Berbagai Prestasi diraih oleh Franly. Pantas saja, karena menurut saya, Franly itu cerdas dan SIGAP. Setiap permasalahan yang ada, Franly bisa mendekatkan diri dengan masalah tersebut dan merubah masalah itu menjadi solusi. Walaupun dengan banyak meraih prestasi tetap membuat Franly merendah, ramah dan baik hati.
Sekretariatan Kerima Puri
Kerima puri merupakan Kelompok Swadaya Masyarakat yang mengajukan Hak pengolahan hutan dari luas Area Hutan Desa, terdiri dari Hutan dan Batuan Karst yang terhampar Luas. Selama 2 tahun Franly menunggu keputusan kementrian kehutanan dan Pada tahun 2014 Kerima Puri telah mendapatkan SK penetapan Area hutan desa seluas 8.245 ha.
Masyarakat Kampung Merabu dan kerima puri memanfaatkan Hutan Desa Melalui Jasa Lingkungan sebagai Alternatif Ekonomi Masyarakat. Hutan desa ini terletak di Hulu Kelay yang merupakan salah satu penyangga Ekosistem di kabupaten Berau.
Sekertariat kerima Puri dulu dan sekarang
Bagi pengunjung wisata yang hendak berkunjung ke Kampung Merabu, pertama kali pengunjung harus datang ke Sekertariatan Kerima Puri. Dimana nanti pengunjung harus melakukan regrestasi atau mencatat ke buku tamu dan akan disediakan segala keperluan kita dari Guide (Warga sekitar yang disewa sebagai pemandu wisata) dan perahu.
Sebagai salah satu unit usaha BUMKAM Kerima Puri menjalankan 5 unit usaha antara lain Rima Wisata puri (Ekowisata), Sinang Puri (PLTS Komunal), Danum Puri (Air Isi Ulang), SPBU Mini Puri (BBM), dan Lemu Puri (Ternak).
Pada tahun 2017 Usaha Lembu Puri dapat bantuan dari Pemerintah Kampung Merabu sebesar 237 juta rupiah. Semoga unit ini berkembang besar, sehingga menjadi andalan bersama sektor lainnya. Banyaknya penataan yang terjadi di Kampung Merabu, menandakan keseriusannya Franly, Kerima Puri dan warga untuk menjadikan Kampung Merabu sebagai tempat destinasi wisata yang mendunia.
Pelatihan SDM (Sumber daya Manusia)
Disaat masih menjabat sebagai kepala desa, Franly berusaha menjadikan Kampung Merabu sebagai tempat destinasi wisata. Franly melakukan tinjauan yang dibutuhkan dalam mengembangkan program yang akan direncanakan sebagai Kepala Desa yang SIGAP supaya program ini berjalan baik.
Bukan hanya menyediakan tempat destinasi Ekowisata saja yang diperhatikan, tapi Franly juga memperhatikan Sumber daya manusia (SDM) yang ada di Kampung Merabu guna sebagai pendukung dalam programnya. Pelatihan SDM di kampung merabu diadakan Franly dan Kerima Puri.
Kerima Puri dan BIOMA merancang sebuah pelatihan Pengembangan kelompok ekonomi dan mata pencaharian alternatif di bantu KPSHK (KonsPorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan). Pelatihan ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan model kegiatan ekonomi warga Merabu.
Proses dan tujuan pembangunan berkelanjutan ini berfungsi untuk meminimalisir konflik pengelolaan sumber daya alam, sekaligus menjawab kebutuhan ekonomi tanpa menambah tekanan terhadap kelestarian alam.
Franly memberikan pelatihan kepada warga melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang buat sendiri. BUMDes berfungsi untuk mengelola desa wisata Merabu hingga hal yang paling teknis. seperti pengelolaan hasil kerajinan sampai pelayanan terhadap wisatawan yang datang.
Diakun Facebook dan IG Kampung Merabu menjelaskan “Pada tanggal (8/17) september 2019 Yakobi-ELC di Kota Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur melakukan Pelatihan tes Bahasa Inggris.
Pelatihan tes Bahasa Inggris membahas hal-hal yang terkait dengan wisata. Peserta yang mengikuti ada 4 orang warga merabu yaitu Tenly, Juni, Santi dan Marlena. hal ini guna mendukung dalam mengimplementasikan wisata dalam sektor pariwisata”.
Menurut Franly "Keikutsertaan 4 orang warga Merabu tersebut di fasilitasi dan didukung oleh Pemerintah Kampung Merabu, Kecamatan Kelay, Berau, Kaltim dan pendanaannya bersumber dari APB Kampung Merabu TA 2019".
Peserta pelatihan tes bahasa inggris
Franly menegaskan bahwa "Program tersebut merupakan salah satu dari berbagai kegiatan pendukung sektor wisata dan masuk dalam RPJM Kampung Merabu Tahun 2018-2023".
Pelatihan yang diadakan Flanly dan warga menjadi salah satu kegiatan dalam rangka mendukung kesiapan Kampung Merabu sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Berau, kalimantan Timur.