I Gede Mantrayasa: KBA Tegeh Sari Gandeng Masyarakat Menuju Kampung PROKLIM

 

Kampung Berseri Astra(KBA) Tegeh Sari siap menggandeng masyarakat menuju PROKLIM (Program Kampung Beriklim). PROKLIM ini nantinya akan menitik beratkan ke masalah lingkungan khususnya sampah. Siapa kira Virus Covid-19 di tahun 2020 merupakan cikal bakal Desa Tegeh Sari untuk melakukan gerakan-gerakan pemerdayaan didesanya dan dari sinilah kita tau Covid-19 merupakan tonggak perjuangan menuju PROKLIM.

 

Perjuangan menuju PROKLIM ini sangatlah besar sekali apalagi di masa Covid-19, hal ini disampaikan oleh penggerak KBA Tegeh Sari yaitu I Gede Mantrayasa. Akan tetapi masalah tersebut bukanlah suatu hambatan bagi Gede Mantrayasa dan masyarakat untuk melakukan suatu gerakan didesanya.

 

Desa Tegeh Sari sendiri berada di Banjar Berdaya Tegeh Sari, Tonja, Kota Denpasar utara, Bali. Sebelum bergabung bersama Kampung Berseri Astra(KBA) Desa Tegeh Sari menemukan berbagai masalah didesanya, salah satunya adalah banyak sampah yang menumpuk di area lahan kosong di sekitar Tegeh Sari. 

 

I Gede Mantrayasa Ia berpikir mengenai masalah yang terjadi di Tegeh Sari, bagaimana ia menyelesaikan masalah sampah di lingkungan desa tempat tinggalnya. Maka dari pemikiran Gede Mantrayasa ini bersama dengan desa Tegeh Sari siap menggandeng masyarakat menuju PROKLIM, pemikiran ini pun terinspirasi dari teman-teman SATU Indonesia. Kini bersama Kampung Berseri Astra (KBA), Desa Tegeh Sari bisa menjalankan program yang akan direncanakannya.

 

Dukungan Kampung Berseri Astra(KBA) terhadap desa Tegeh Sari

 

Setelah bergabung bersama Kampung Berseri Astra(KBA) akhirnya Tegeh sari mulai merancang program yang akan dijalankannya. Walaupun pandemi Covid-19 sedang melanda indonesia, akan tetapi Momentum pandemi Covid-19 ini teryata dimanfaatkan oleh Gede Mantrayasa  bersama masyarakat sekitar. "Ketika orang-orang lain berpikiran, bahwa ketika ada pandemic kita harus terdiam, tidak bergerak, akan tetapi di Tegeh Sari harus semakin aktif bergerak dan kegiatan kreatif di Banjar Sari yang ada malah tidak boleh di kekang". Ucap Gede Mantrayasa.

 

Wilayah Banjar Tegar Sari secara Ideografis luas Banjar Tegeh Sari yaitu 1 Km2, dan jumlah KK nya 1300 KK, 5000 jiwa, akan tetapi di Tegeh Sari ini hanya sebagai Banjar. Maka dari sinilah Gede Mantrayasa mulai  merencanakan gerakan apa saja yang akan dilakukan ketika desa Tegeh Sari sudah masuk menjadi Kampung Berseri Astra(KBA).

 

"Ketika desa Tegeh Sari sudah bergabung bersama KBA, kami bisa menyederhanakan tujuan menjadi 4(empat), yaitu Kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kreatif. Bagaimana kami bersama KBA bisa mencapai tujuan dengan 4 pilar ini?". Ujarnya

 

Empat Pilar itu nantinya akan dikembangkan oleh KBA Tegeh Sari. Ada yang di intigasi introgasi PROKLIM, bagaimana KBA Tegeh Sari merelokasi perubahan iklim dengan edukasi sesuai iklim disana. Maka dari sinilah saatnya KBA Tegeh Sari menggandeng Masyarakat menuju PROKLIM. Program yang dijalankan nanti ada unit pendidikan, unit TK, kreatifitas sanggar , dan lingkungan di dalam Banjar terdapat 5(Lima) Bank sampah.

 

"Ketika lebih banyak yang terlibat maka lebih banyak Bank sampah, maka lebih banyak pengurus di Desa Tegeh Sari yang kami ajak nantinya. Tidak mungkin semua itu dikerjakan oleh satu pengurus jadi kami mengajak seluruh masyarakat yang ada di desa Tegeh Sari". Kata Gede Mantrayasa.

 

Dukungan SATU Indonesia terhadap desa Tegeh Sari bukan hanya bergabung menjadi Kampung Berseri Astra(KBA) saja. Akan tetapi Banjar Tegeh Sari ini dijadikan sebagai salah satu tempat perayaan ulang tahun Astra yang ke 65, yaitu yang dirayakan melalui festival kesehatan Astra.

 

Keberhasilan KBA Tegeh Sari ( Lahan Kosong di sulap Menjadi Kebun )

 

I Gede Mantrayasa yang Bermula hanya ingin menyelasaikan masalah sampah, akan tetapi masalah ini harus mendapatkan impact baik atau outcome yang lebih dari hanya menyelesaikan masalah mengenai sampah saja. Jadi Gede Mantrayasa berupaya untuk  pemberdayaaan, mempartisipasi masyarakat dan bagaimana para pemuda lebih fokus kepada solusi bukan mengeluh terhadap masalah atau problem yang ada.

 

Dari masalah kondisi lahan kosong milik warga yang awalnya tidak terurus, sekarang lahan kosong itu dijadikan tempat pembuangan sampah oleh warga yang tidak bertanggung jawab. Dari kondisi yang terjadi di desa Tegeh Sari ini mengakibatkan sampah dari hari ke hari semakin menumpuk dan menimbulkan bau.

 

Dari masalah ini lah membuat Gede Mantrayasa terus berpikir "Bagaimana cara menyelesaikan masalah sampah ini?". Walaupun katanya sampah yang dilahan Kosong itu sudah dibersihkan dan diangkut akan tetapi warga masih tetap saja membuang sampah ke sana. Gede Mantrayasa juga sudah memberikan himbauan kepada warga untuk tidak membuang sampah di lahan kosong lagi akan tetapi warga masih saja ada yang nakal.

 

Kondisi Sampah yang dibuang ke lahan kosong milik warga yang tidak terurus

 

Gede Mantrayasa tidak menyerah begitu saja dengan situasi yang terjadi didesanya, akhirnya Gede Mantrayasa menceritakan bagaimana awalnya ia bisa terinspirasi “Saya seorang kamaramen yang meliput kegiatan-kegiatan teman-teman yang sudah resign bekerja dimasa pandemic. Bagaimana rekan saya menghabiskan waktunya untuk melakukan berbagai kegiatan demi kemajuan desanya setelah bergabung bersama KBA. Jadi saya tau begini cara mereka untuk bergerak dimasa pandemic, Maka dari sini kami berusaha untuk bisa mencoba sedikit-sedikit menerapkan apa yang mereka lakukan”.

 

"Dulunya itu lahan kosong yang dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah disana, dan kita terus membersihkan lahan kosong itu akan tetapi warga tetap saja buang lagi sampahnya ke lahan kosong itu. Padahal Tanahnya bukan tanah kita, kita sudah bersihkan tetapi tetap saja sampahnya dibuang lagi ke sana. Maka ketika pandemic ada, kita mengajak warga yu dari pada diam kita pungutin sampah untuk dijadikan kebun ". Tambah Gede Mantrayasa.

 

l Gede Mantrayasa teryata tidak tau lahan kosong yang dibersihkan milik siapa, akan tetapi dari pada lahan itu di pakai warga sebagai tempat pembuangan sampah jadi lebih baik dibersihkan oleh Gede Mantrayasa bersama KBA Tegeh Sari dan masyarakat sekitar.

 

Gede Mantrayasa pun menceritakan hal yang lucu yang pernah dialaminya "Ketika pemiliknya ada disana dan menceritakan kepada saya bahwa tanah yang dibersihkan oleh masyarakat Tegeh Sari ini teryata sama pemiliknya mau di jual, dan anak-anak disana akhirnya menanyakan mengenai kebun yang sudah dirapihkan dan sudah dijadikan tempat bermain anak-anak. Bagaimana ini tanahnya mau dijual?, lalu saya jawab kepada anak-anak disana, ya sudah jika tanah nya sudah laku maka kita kasih, jika belum laku kita tetap disini".

 

Atas kesepakatan bersama pemilik lahan tersebut dengan Gede Mantrayasa, Akhirnya pemilik lahan itu mengijinkan lahannya untuk digunakan oleh masyarakat sekitar. Pemilik tanah mengatakan "Dari pada lahannya kotor dan tidak terpakai, jadi silahkan pakai saja, akan tetapi kalau sudah ada pembeli berati Pak Gede Mantrayasa yang harus bicara sama pembelinya". Mendengar kabar itu akhirnya nak-anak masih bisa menggunakan kebun itu.

 

Salah Satu lahan pembuangan sampah Yang sudah di sulap menjadi kebun.

 

Kebersama KBA Tegeh Sari dan masyarakat dalam mengelola lingkungan di Banjar Tegeh Sari, akhirnya membuahkan hasil. Sekarang sudah ada 6 lokasi kebun yang bisa masyarakat manfaatkan, dan rencananya masih akan tetap memperluas kebunnya lagi karena masih ada lahan-lahan kosong yang belum dirawat oleh pemiliknya. Semangat KBA Tegeh Sari bersama masyarakat patut untuk dijadikan contoh buat kita semua.

 

Gede Mantrayasa sangat bersyukur karena masih ada yang mendukung dari kegiatan PROKLIM di desa Tegeh Sari, Khususnya dari komunitas yang sudah mau mensuport kegiatan seperti ini. Dari pemerdayaan hasil kebun yang sudah di kelola oleh KBA Tegeh Sari dan masyarakat ini sebagian nanti akan dijadikan bahan untuk pembibitan, selanjutnya akan dibagikan ke warga sekitar.

 

Gede Mantrayasa berharap Bibit yang dibagikan ke masyarakat bisa ditanam di sekitar lingkungan rumah warga dan bisa dijadikan sebagai ketahanan pangan dalam keluarga di masa Covid-19.

 

Kegiatan PROKLIM ini selain fokus kepada sampah, teryata fokus juga ke pangan dan ekonomi. hal ini bertujuan untuk kelangsungan ketahanan pangan dalam keluarga di masa Covid-19.  Selain itu Gede Mantrayasa berencana akan membuat ruang belajar untuk membentuk dan membina anak-anak. Sehingga Gede Mantrayasa memanfaatkan unit-unit yang ada di banjar seperti sanggar.

 

Salah Satu kegiatan di Sanggar Tabuh Natah Rare, KBA Tegeh Sari

 

Atas dukungan dari Kampung Berseri Astra(KBA) Tegeh Sari dan teman-teman SATU Indonesia kini selain sudah memiliki 6 lokasi kebun, sekarang di desa Tegeh Sari sudah berhasil memiliki sanggar Natah RARE. Gede Mantrayasa dan masyarakat berkeinginan agar dari PROKLIM yang sudah berjalan ini nantinya bisa memberikan ruang belajar untuk anak-anak menggapai sesuatu.

 

Aturan-aturan yang di buat KBA Tegeh Sari

 

Kekompakan Masyarakat KBA Tegeh sari sudah terlihat dari hasil yang sekarang sudah tercapai. Maka dari itu untuk memajukan dan melestarikan desanya menggapai harapan dari yang sudah di rencanakan, Gede Mantrayasa tidak lupa dalam membuat aturan-aturan adat PARAREM.

 

Aturan-aturan adat yang dibuat KBA Tegeh Sari bersama desa ini bertujuan untuk memberikan sanksi kepada pelanggar yang masih saja membuang sampah sembarangan ke lahan-lahan kosong dan untuk mengetahui siapa yang melakukannya disekitar lahan kosong tempat pembuangan sampah itu di pasang CCTV sehingga desa Tegeh Sari bisa menindak lanjuti dan memberikan sanksi kepadanya.

 

"kalau daerah lain mungkin banyak lahan-lahan kosong untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, kami disini dengan desa adat membuat peraturan adat PARAREM. Disini ada PARAREM sampah bagaimana kami bisa memberikan sanksi kepada siapa saja yang membuang sampah ke lahan-lahan kosong disitu. Kami juga lihat banyak sekali sampah yang terbuang ditempat-tempat kosong di situ jadi kami punya PARAREM dan nantinya kami bisa memanfaatkan lahan-lahan tersebut untuk dijadikan kebun”. Ujar Gede Mantrayasa.

 

Aturan adat yang sudah dibuat KBA Tegeh Sari bersama masyarakat sekitar terkesan sangatlah unik pasalnya rapat hanya di BONTI(Bokol Rimbat) yang ada pohon bambu disana dan hanya duduk beralasan tanah. Di sebelah timur ada Urban dan ada perumahan mewah. Diisinilah KBA Tegeh Sari dan Gede Mantrayasa melakukan pendekatan kepada masyarakat, apa yang mereka inginkan disaat pandemic ini untuk bisa melakukan program pemerdayaan.

 

Ketika kita memberikan keteladanan kepada masyarakat maka mereka akan mau mengikuti, Ketika kita melakukan dengan tulus dan ikhlas maka meraka dengan sendirinya menjaga lingkungan di sekitar kita. Itu lah yang harus kita tanamkan kepada masyarakat, supaya sikap kepedulian terhadap lingkungan dilakukan dengan senang hati tanpa adanya paksaan dari mana pun.