Magnet Wisata Kampung ASIK di Tengah Hutan Merabu
Bagian 2

Destinasi Wisata Kampung Merabu


Franly mengatakan "Ada 3 destinasi wisata yang jadi andalan Kampung Merabu yaitu Danau Nyadeng, Gunung Ketepu dan Goa Bloyot". Dan masih banyak lagi tempat destinasi wisata di Kampung Merabu.

 

Sebelum melakukan destinasi ekowisata, anda perlu membawa bekal makanan dan minuman yang cukup untuk pergi dan pulang kembali ke Kampung Merabu. Jangan sampai anda haus dan lapar selama perjalanan ekowiasata.

 

Jangan lupa bawa kantong plastik untuk menyimpan sampah makanan dan minuman yang kita bawa ya, karena kita harus menjaga kebersihan lingkungan Hutan Desa bebas dari sampah. Setelah sampai ke kampung Merabu lagi, baru sampah sisa makanan, kita buang ketempat yang sudah sediakan.  


Ingat ya ...
"Jangan meninggalkan sampah di tempat destinasi ekowisata ini. Cintailah alam kita, sebagaimana kamu mencintai keluarga dan diri kamu sendiri".

 

Danau Nyadeng


Danau seluas ± 0.25 hektar terletak di Kampung Merabu, Kelay, Berau, Kaltim. Danau Nyadeng berada ditengah hutan rimba Merabu. Air danau ini berasal dari batu Gunung Karst. Panjang aliran anak sungai Nyadeng tidak kurang dari empat ratus meter, terbentuk karena adanya Gua Vertikal dengan pesona air Danau Nyaden menjadi berwarna hijau tosca.

 

Ketika wisatawan datang melakukan ekowisata ke Merabu. Pengunjung harus menyewa perahu dan Guide (Warga sekitar yang disewa sebagai pemandu wisata). Sebelum sampai ke Danau Nyadeng, pengunjung harus menerobos air sungai yang berbatu menguji adernalin dan tenaga ektra untuk menuju Danau Nyaden ini. Apalgi kalau air sungainya dangkal dan berbatu, manakalanya kita harus mendorongnya karena perahu kita menyangkut di berbatuan.

 

Menuju Danau Nyadeng menggunakan perahu motor (Ketinting) bersama Guide/ dok. Pribadi Franly.


Setelah menempuh 30 menit, kemudian treking dari lokasi bibir sungai hingga ke spot utama yang jaraknya 1,2 Km dari kawasan hutan kira-kira 30 menit.

 

Sebelum ke kawasan Danau Nyadeng, kita masuk kedalam hutan desa, dimana pohon yang ada di hutan desa ini bisa di adopsi oleh wisatawan atau turis, selama 2 tahun. Nanti nama yang mengadopsi pohon tersebut akan dicantumkan di papan yang sudah di sediakan sekertariatan Kerama Puri.

 

Adopsi Pohon Merabu / dok. Facabook Kampung Merabu

 

Menurut Franly "Kawasan Hutan menuju ke Danau Nyadeng merupakan bagian dari Hutan Desa dan diperuntukan sebagai kawasan hutan edukasi, sekaligus Kawasan Adopsi Pohon (Pohon di adopsi selama 2 tahun dan dirawat serta dana adopsi digunakan untuk mendukung program beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa Merabu)".

 

Sesampainya di Danau Nyaden ini, pengunjung akan temukan papan plang nama wisata dengan tulisan welcome to Nyadeng, seolah-olah penantian panjang ke danau ini menjadi pelepas dahaga dan pemuas jiwa.

 

Danau nyadeng /dok. Facebook kampung merabu

 

Di tempat wisata ini sudah disediakan rumah pohon gazebo, tempat istirahat pengunjung hingga kamar ganti dan mandi. Rumah gazebo ini berdiri gagah diantara dua pohon ulin, pengunjung bisa menikmati pemandangan danau nyadeng di atas rumah pohon gazebo sambil duduk santai.

 

Rumah gazebo yang berada di bibir danau Nyadeng /dok. Facebook Kampung Merabu


Bergeser ke belakang rumah gazebo terlihat pemandangan gugusan bukit karst sangkulirang-Mangkaliat. Rumah pohon yang jauh di tengah Rimba, berdiri gagah di antara dua buah pohon Ulin. Pengunjung bisa menikmati pemandangan yang sejuk dan indah dari atas rumah gazebo ini.

 

Setelah beristirahat sejenak di Danau Nyadeng melepas rasa lapar dan pegal berjalan kaki, kini kita bisa melanjutkan perjalanan ke destinasi ekowisata selanjutnya yaitu Gunung Ketepu.

 

Tempat destinasi selanjutnya tidak jauh dari Danau Nyadeng kira-kira 1,5-2 jam perjalanan. Yu kita lanjutkan lagi perjalanan menuju Gunung Ketepu.


Gunung ketepu


Gunung ketepu disebut juga KEKAR (Ketepu Karst) adalah pegunungan Karst yang ada di Gunung Merabu dengan ketinggian kurang lebih 400 Meter diatas permukaan laut. Puncak Gunung Ketepu merupakan atap Gua Ketepu dan Ketepu sendiri dalam bahasa lokal Suku Dayak Merabu, yaitu Tepu-Tepu artinya pohon kecil yang dipatah-patahkan sebagai sarana pegangan dan juga arah menuju puncak.

 

Kebanyakan wisatawan yang datang ke gunung ini ingin menikmati keindahan diatas puncak gunung-gunung Karst yang terbentang luas. Wisatawan yang datang kesini biasanya menginap di muara gua untuk menikmati matahari terbit dan matahari tenggelam (Sunset).

 

Disaat  menuju gunung Ketepu, kita harus melalui track yang sangat menantang. Dimana bagi para pengunjung yang akan mendaki di uji jiwa andernalinnya, karena kita akan mendaki dengan kemiringan mulai dari 40 derajat sampai 70an derajat.

 

Tapi semua usaha wisatawan akan terobati setelah sampai ke puncak gunung ketepu. Dimana hawa sejuk dan pemandangan gunung-gunung karst terlihat diatas sini.

 

Franly diatas puncak gunung ketepu /dok. Frenly

 

Kedua destinasi Gunung Nyadeng dan Gunung Ketepu telah menjadi bagian dari paket destinasi wisata yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMKAM) Kerima Puri dibawah Unit Rima Wisata Puri selain paket wisata ke Kawasan Gua Prasejarah Bloyot.

 

"Di waktu mendatang, BUMKAM Kerima Puri merencanakan untuk membuka beberapa destinasi baru, diantaranya Puncak Ponyong (Melihat gugusan dan puncak-puncak karst dari jarak dekat) dan Puncak Tebing Nyadeng (View langsung dari puncak untuk melihat Danau Nyadeng alias gak perlu drone lagi kan jika jadi) - keduanya berada dalam satu kawasan dengan Danau Nyadeng serta Kawasan Gua Sedepan Bu (ada sungai bawah tanah) serta Gua Tembus alias Gua 5 Cahaya" ujar Franly.

 

Gua Bloyot


Kampung Merabu telah ditetapkan menjadi Kampung Prasejarah. Dimana terdapat gambar-gambar cadas berusia 10.000an tahun yang masih terjaga hingga kini yang berada di Gua Prasejarah Bloyot. Gua Bloyot berada di ketinggian 30 meter.

 

Jalur untuk mencapai Gua Bloyot masih relatif sulit harus melalui jalur darat dengan menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam dari kampung merabu dan menyusuri jalan setapak, menembus rapatnya pohon-pohon di dalam kawasan hutan, serta terjal.

 

Melalui jalur ini wisatawan tidak akan bosan, karena jika kalian beruntung, sepanjang jalan, akan melihat hewan satwa asli hutan Desa Merabu.

 

Bagi wisatawan yang mau berkunjung ke Gua Bloyot,  harus memperhatikan peraturan yang harus kalian patuhi untuk menjaga keaslian Gua Bloyot.

 

  • Dalam kawasan gua dilarang keras untuk menyalakan api atau menciptakan efek asap
  • dilarang membuang sampah (sampah dibawa kembali ke kampung)
  • dilarang keras untuk mengambil gambar terlalu dekat dengan gambar-gambar cadas yang ada (silahkan ambil gambar dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan) dan ada jalur treking di dalam gua yang telah dipasang oleh BPCB Kaltim.

 

Didalam Gua Bloyot memendam berbagai bukti kehidupan manusia purba ribuan tahun silam. Diperkirakan cap tangan berusia 2.000 tahun. Adanya lukisan telapak tangan manusia purba dan berbagai lukisan fauna di dinding menjadikan daya tarik untuk diteliti.

 

Bukti peninggalan sejarah di gua Bloyot (Cap tangan dan fauna )

 

Untuk sampai ke Gua Bloyot ini kita harus mendaki tebing yang terjal dan curam. Tidak terbanyang oleh kita, bagaimana manusia jaman dulu bisa mendaki Gua Bloyot ini setiap hari, kalau bagi saya sungguh sangat melelahkan harus mendaki dan menuruni tebing yang curam setiap harinya.

 

Tentunya akan berbeda kalau yang mendaki ini para pencinta adernalin. Hal ini pasti sebagai tantangan yang sangat mengasyikkan. 

 

Sesampai di Gua Bloyot rasa lelah yang dirasakan selama perjalanan terbalas sudah oleh pesona gua. Apalagi melihat langsung cap telapak tangan dan beberapa gambar hewan di dinding gua yang melenggang dan tersohor hingga mancanegara.

 

Setelah anda menjelajah ekowisata Gua Bloyot dan mau melanjutkan kembali ke Kampung merabu, ada baiknya anda jangan melewatkan berenang di Danau Nyadeng ya. Air Danau Nyaden yang berwarna hijau Tosca, air nya sangat segar, mengobati rasa lelah seharian mendaki. 

 

Kita bisa mengambil pelajaran dari Franly sang penjaga hutan yang SIGAP. Yang selalu SIGAP menyelesaikan segala masalah dengan cara merangkul warga bersama-sama untuk menjadikan kampungnya lebih baik.

 

Walaupun Franly tidak lagi menjabat sebagai Kepala Desa tapi Perjuangan Franly memajukan kampungnya akan dikenal sepanjang masa. 

 

Teruslah mengasah kemampuan demi mendorong terciptanya sebuah perubahan, jika kalian memiliki kemampuan dan keinginan jangan pernah berhenti walaupun kalian mengalami berbagai masalah, karena masalah bukan untuk di hindari akan tetapi untuk diselesaikan.

 

Tetap terus berkarya guna memajukan indonesia ke arah yang lebih baik.